Fakultas Teknik UNP Padang
|
Nama : DONI HERMANTO
|
Jurusan : Teknik Elektronika
|
Nim : 1201911
|
Prodi : Pendidikan Teknik Elektronika
|
Group :2E1
|
Praktikum ke : 5
|
Mata kuliah :
Praktikum Audio Radio
|
Topic : Audio
|
Judul : TONE CONTROL
|
A. Tujuan
Setelah praktikum ini mahasiswa diharapkan
mampu:
1. Merakit rangkaian Tone Control (Pengatur
Nada) dan Power Aplifier.
2. Mengetahui fungsi rangkaian Tone Control
pada sistem audio
3. Mengetahui karakteristik kerja rangkaian
Tone Control pada sistem audio
4. Melihat respon frekuensi dan penguatan yang
dapat dilakukan oleh rangkaian
Tone Control.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum
kali ini adalah:
1. Osiloskop Dual Beam = 1 set
2. Multimeter = 1 set
3. AFG = 1 set
4. Kit Power Amplifier + Tone Control = 1 set
5. Loudspeaker = 1 buah
6. Kabel listrik = secukupnya
7. Audio Player = 1 set
C. Teori Pendukung
Rangkaian penguat audio yang baik
yaitu rangkaian yang mampu memperkuatkan
sinyal
pada range frekuensi audio yaitu frekuensi 20 Hz sampai 20 KHz dan pada saat
melakukan
penguatan tanpa terjadinya cacat dengan nois yang sekecil mungkin.
Range
frekuensi ini juga tergantung dari kemampuan dari loudspeaker. Jika
loudspeaker bekerja pada frekuensi
Full Range (20 Hz – 20 Khz) ini sangat baik
sekali,
karena akan di dapat nada yang dinamis pada frekuensi full range. Tapi jika
hanya
frekuensi tertentu saja yang mampu di reproduksi oleh loudspeaker, maka
penggunaan tone control memungkinkan
untuk membatasi frekuensi tertentu.
Tone
control merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter,
yaitu
Low Pass Filter (LPF) dan Figh Pass Filter (HPF) maupun Band Pass Filter.
Sebelum
sinyal dikuatkan oleh rangkaian Power Aplifier, rangkaian tone control
bekerja dengan mengatur nada yang
akan dilewatkan pada rangkaian power amplifier,
sehingga
akan di dapatkan nada sesuai dengan respon frekuensi pada loudspeaker dan
akan
di dapatkan hasil (suara) pada loudspeaker yang sesuai dengan keinginan
pengguna.
D. Langkah Kerja Praktikum
1. Lengkapilah peralatan dan bahan praktikum
yang akan digunakan, periksa
terlebih
dahulu peralatan dan pastikan komponen dalam keadaan baik dan
bekerja.
2. Rakitlah rangkaian Power Amplifier dan
Tone Control, sesuaikan dengan skema
rangkaian
seperti pada gambar di bawah, kemudian berikan tegangan dan
hidupkan
rangkaian sehingga output power amplifier menghasilkan bunyi saat
input
disentuh dengan tangan.
3. Atur pengaturan nada volume, Bass dan
trable pada posisi tengah.
4. Hubungkan AFG pada bagian input rangkaian
amplifier serta hubungkan ke
chanel
1 osiloskop dan output pada chanel 2 pada osiloskop
5. Atur input AFG pada posisi 1 KHz dengan
amplitudo sebesar 50 mVp-p, berapa
tegangan
output yang dihasilkan ?................ Vp-p, dan tentukan juga beda fase
f = ................o
. (Gambarkan bentuk signal)
6. Atur volume hingga menghasilkan sinyal
output yang dapat terbaca dan tidak
cacat
.......................... Vp-p. Berapa besar penguatan dari rangkaian yang
anda
gunakan
...............dB
7. Ulangi langkah 6, aturlah posisi tone
control dan ukur tegangan output (Volume
dan
Amplitudo AFG tidak dirubah). Isilah tabel pengamatan berikut ini:
a. Kondisi Potensio
Tone Control, Bass = Minimum, High = Minimum
Frekuensi Input
(Vo= 100mVp-p)
|
Besar
Tegangan Output / Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
|
|
100 Hz
|
|||
250 Hz
|
|||
500 Hz
|
|||
750 Hz
|
|||
1000 Hz
|
|||
1500 Hz
|
|||
2000 Hz
|
|||
5000 Hz
|
|||
10000 Hz
|
|||
15000 Hz
|
|||
20000 Hz
|
|||
b. Kondisi Potensio
Tone Control, Bass = Min, High = Tengah
Frekuensi Input
(Vo= 100mVp-p)
|
Besar
Tegangan Output / Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
| |
100 Hz
| |||
250 Hz
| |||
750 Hz
| |||
1000 Hz
| |||
1500 Hz
| |||
2000 Hz
| |||
5000 Hz
| |||
10000 Hz
| |||
15000 Hz
| |||
20000 Hz
|
c. Kondisi Potensio
Tone Control, Bass = Tengah, High = Min
Frekuensi Input
(Vo= 100mVp-p)
|
Besar
Tegangan Output / Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
| |
100 Hz
| |||
250 Hz
| |||
500 Hz
| |||
750 Hz
| |||
1000 Hz
| |||
1500 Hz
| |||
2000 Hz
| |||
5000 Hz
| |||
10000 Hz
| 0,3 x 1 vp-p ( m=250 mikro sekon) | ||
15000 Hz
| |||
20000 Hz
|
d. Kondisi Potensio
Tone Control, Bass = Tengah, High = Tengah
Frekuensi Input
(Vo= 100mVp-p)
|
Besar
Tegangan Output / Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
| |
100 Hz
| |||
250 Hz
| |||
500 Hz
| |||
750 Hz
| |||
1000 Hz
| |||
1500 Hz
| |||
2000 Hz
| |||
5000 Hz
| |||
10000 Hz
| |||
15000 Hz
| |||
20000 Hz
|
e. Kondisi Potensio
Tone Control, Bass = Min, High = Max
Frekuensi Input
(Vo= 100mVp-p)
|
Besar
Tegangan Output / Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
| |
100 Hz
| |||
250 Hz
| |||
500 Hz
| |||
750 Hz
| |||
1000 Hz
| |||
1500 Hz
| |||
2000 Hz
| |||
5000 Hz
|
1,6 x 2vp-p
| ||
10000 Hz
|
4,6 x 2vp-p
| ||
15000 Hz
|
4x 2vp-p
| ||
20000 Hz
|
6,6x 1vp-p
|
f. Kondisi Potensio
Tone Control, Bass = Max, High = Min
Frekuensi Input
(Vo= 100mVp-p)
|
Besar
Tegangan Output / Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
| |
100 Hz
|
1,8 x 2vp-p ( m= 2,5 ms)
| ||
250 Hz
|
2,4 x 2vp-p ( m= 2,5 ms)
| ||
500 Hz
|
1,9 x 2vp-p ( m= 1 ms)
| ||
750 Hz
|
1,5 x 2vp-p ( m= 1 ms)
| ||
1000 Hz
|
1,2 x 2vp-p ( m= 1 ms)
| ||
1500 Hz
|
0,9 x 2vp-p ( m= 1 ms)
| ||
2000 Hz
|
0,7 x 2vp-p ( m= 250 mikro sekon)
| ||
5000 Hz
|
0,3 x 2vp-p ( m= 250 mikro sekon)
| ||
10000 Hz
|
0,1 x 2vp-p ( m=100 mikro sekon)
| ||
15000 Hz
|
0,1 x 2vp-p ( m=100 mikro sekon0
| ||
20000 Hz
|
0,05 x 2vp-p( m= 100 mikro sekon)
|
Frekuensi Input
(Vo= 100mVp-p)
|
Besar
Tegangan Output / Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
| |
100 Hz
|
6,1 x 1vp-p ( m= 25 mikro sekon)
| ||
250 Hz
|
1,6 x 1vp-p ( m= 2,5 ms)
| ||
500 Hz
|
1,4 x 1vp-p ( m=1 ms)
| ||
750 Hz
|
1,8 x 1vp-p ( m= 1 ms)
| ||
1000 Hz
|
2,4 x 1vp-p ( m= 250 mikro sekon)
| ||
1500 Hz
|
3,4 x 1vp-p ( m= 250 mikro sekon)
| ||
2000 Hz
|
4,4 x 1vp-p ( m= 250 mikro sekon)
| ||
5000 Hz
|
3,8 x 2vp-p ( m= 100 mikro sekon)
| ||
10000 Hz
|
4 x 2vp-p ( m= 50 mikro sekon)
| ||
15000 Hz
|
3,6 x 2vp-p ( m= 50 mikro sekon)
| ||
20000 Hz
|
1,5 x 1vp-p ( m= 2,5 ms)
|
h. Kondisi Potensio
Tone Control, Bass = Max, High = Tengah
Frekuensi Input
(Vo= 100mVp-p)
|
Besar
Tegangan Output / Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
| |
100 Hz
|
3,6 x 1 vp-p ( m= 5 ms)
| ||
250 Hz
|
4,6 x1 vp-p ( m= 2,5 ms)
| ||
500 Hz
|
3,5 x1 vp-p ( m= 1 ms)
| ||
750 Hz
|
3 x1 vp-p ( m= 1 ms)
| ||
1000 Hz
|
2,5 x 1 vp-p ( m= 500 mikro sekon)
| ||
1500 Hz
|
2,4 x 1 vp-p ( m= 500 mikro sekon)
| ||
2000 Hz
|
2,4 x 1 vp-p ( m= 500 mikro sekon)
| ||
5000 Hz
|
2,2 x 1 vp-p ( m= 50 mikro sekon)
| ||
10000 Hz
|
1,8 x 1 vp-p ( m=25 mikro sekon)
| ||
15000 Hz
|
1,4 x 1 vp-p ( m=25 mikro sekon)
| ||
20000 Hz
|
1,2 x 1 vp-p ( m=25 mikro sekon)
|
i. Kondisi Potensio
Tone Control, Bass = Max, High = Max
Frekuensi Input
(Vo= 100mVp-p)
|
Besar
Tegangan Output / Vo
(Signal
Pada Speaker)
|
Keterangan
| |
100 Hz
|
3,8 x 1vp-p ( m= 5 ms)
| ||
250 Hz
|
1 x 5 vp-p ( m= 1 ms)
| ||
500 Hz
|
0,9 x 5 vp-p ( m= 1 ms)
| ||
750 Hz
|
0,5 x 5 vp-p ( m= 1 ms)
| ||
1000 Hz
|
0,4 x 5 vp-p ( m= 250 mikro sekon)
| ||
1500 Hz
|
0,5 x 5 vp-p ( m= 250 mikro sekon)
| ||
2000 Hz
|
0,4 x 5 vp-p ( m=250 mikro sekon)
| ||
5000 Hz
|
1,6 x 5 vp-p ( m= 250 mikro sekon)
| ||
10000 Hz
|
1,8 x 5 vp-p ( m= 50 mikro sekon)
| ||
15000 Hz
|
1,5 x 5 vp-p ( m= 50 mikro sekon)
| ||
20000 Hz
|
1,5 x 5 vp-p ( m= 50 mikro sekon)
|
E.
Evaluasi / Penugasan
1. Lengkapilan teori tentang tone control pada teori di atas pada laporan anda.
Teknik
pengaturan nada pada sistem audio dapat dilakukan sebelum dan setelah
penguat tegangan. Penguat tegangan yang dimaksud pada bagian ini
bukanlah power amplifier, tetapi penguat sinyal audio yang akan diproses
untuk diberikan ke power amplifier. Artikel Definisi Dan Prinsip Kerja
Pengatur Nada (Tone Control) sebelumnya merupakan sistem pengaturan nada
yang dilakukan sebelum penguat tegangan.
Rangkaian
pengatur nada pada gambar diatas dipasang setelah rangkaian penguat
tegangan. Pada saat posisi pengatur nada Treble maksimum, frekuensi
sinyal input dilimpahkan ke output melewati kondensator C1. Pada saat
posisi pengatur nada Bass maksimum, frekuensi sinyal input rendah
dihambat C2. Rangkaian pengatur nada ada yang dilengkapi dengan
rangkaian pengatur loudness, High Filter dan low Filter yang dapat
dijelaskan sebagai berikut : Pengatur Loudness Rangkaian loudness
dipasang pada pengatur volume, loudness (kedalaman) akan mempunyai effek
pada posisi lebih dari setengah pengaturan volume, sebab pada posisi
pengaturan volume minimum sinyal dihambat oleh resistansi dari
potensiometer pengatur volume.
Pengatur
High Filter Rangkaian High Filter bekerja jika saklar ditekan, pada
posisi tersebut kondensator C1 terhubung singkat. Frekuensi sinyal input
yang tinggi langsung dihubungkan ke output.
Pengatur
Low Filter Rangkaian low filter bekerja jika saklar ditekan. Pada
posisi tersebut kondensator C1 terhubung singkat, frekuensi sinyal input
yang rendah langsung dihubungkan ke output
2. Apa yang terjadi pada saat posisi Volume rangkaian amplifier pada posisi maksimum ?
sinyal yang dihasilkan jika pada posisi maksimum , terjadinya noise atau sinyal cacat yg dihasilkan.
3. Cari dan jelaskan fungsi-dari peralatan-peralatan Filter audio yang ada disekitar anda dan tuliskan fungsinya
Filter
adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk membuang tegangan output
pada frekuensi tertentu. Untuk merancang rangkaian filter dapat
digunakan komponen pasif (R,L,C) dan komponen aktif (Op-Amp,
transistor). Dengan demikian filter dapat dikelompokkan menjadi filter
pasif dan filter aktif. Pada makalah ini akan dibahas mengenai filter
pasif dan filter aktif.
Pada dasarnya filter dapat dikelompokkan berdasarkan response (tanggapan) frekuensinya menjadi 4 jenis:
1. Filter lolos rendah/ Low pass Filter.
2. Filter lolos tinggi/ High Pass Filter.
3. Filter lolos rentang/ Band Pass Filter.
4. Filter tolah rentang/Band stop Filter or Notch Filter.
Filter
adalah suatu device yang memilih sinyal listrik berdasarkan pada
frekuensi dari sinyal tersebut. Filter akan melewatkan gelombang/sinyal
listrik pada batasan frekuensi tertentu sehingga apabila terdapat
sinyal/gelombang listrik dengan frekuensi yang lain (tidak sesuai dengan
spesifikasi filter) tidak akan dilewatkan. RAngkaian filter dapat
diaplikasikan secara luas, baik untuk menyaring sinyal pada frekuensi
rendah, frekuensi audio, frekuensi tinggi, atau pada frekuensi-frekuensi
tertentu saja.
Filter
adalah suatu sistem yang dapat memisahkan sinyal berdasarkan
frekuensinya; ada frekuensi yang diterima, dalam hal ini dibiarkan
lewat; dan ada pula frekuensi yang ditolak, dalam hal ini secara praktis
dilemahkan. Hubungan keluaran masukan suatu filter dinyatakan dengan
fungsi alih (transfer function).
Magnitude
(nilai besar) dari fungsi alih dinyatakan dengan |T|, dengan satuan
dalam desibel (dB). Filter dapat diklasifikasikan menurut fungsi yang
ditampilkan, dalam term jangkauan frekuensi, yaitu passband dan
stopband. Dalam pass band ideal, magnitude-nya adalah 1 (= 0 dB),
sementara pada stop band, magnitude-nya adalah nol.
Berdasarkan hal ini filter dapat dibagi menjadi 4.
1.
Filter lolos bawah (low pass filter), pass band berawal dari w = 2pf = 0
radian/detik sampai dengan w = w0 radian/detik, dimana w0 adalah
frekuensi cut-off.
2. Filter
lolos atas (high pass filter), berkebalikan dengan filter lolos bawah,
stop band berawal dari w = 0 radian/detik sampai dengan w = w0
radian/detik, dimana w0 adalah frekuensi cut-off.
3.
Filter lolos pita (band pass filter), frekuensi dari w1 radian/detik
sampai w2 radian/detik adalah dilewatkan, sementara frekuensi lain
ditolak.
4. Filter stop
band, berkebalikan dengan filter lolos pita, frekuensi dari w1
radian/detik sampai w2 radian/detik adalah ditolak, sementara frekuensi
lain diteruskan.
Filter aktif
Filter
Aktif yaitu filter yang menggunakan komponen aktif, biasanya transistor
atau penguat operasi (op-amp). Kelebihan filter ini antara lain:
1. untuk frekuensi kurang dari 100 kHz, penggunaan induktor (L) dapat dihindari
2. relatif lebih murah untuk kualitas yang cukup baik, karena komponen pasif yang presisi harganya cukup mahal
Untuk
sinyal listrik, low-pass filter direalisasikan dengan meletakkan
kumparan secara seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan
kapasitor secara paralel dengan sumber sinyal. Contoh penggunaan filter
ini adalah pada aplikasi audio, yaitu pada peredaman frekuensi tinggi
(yang biasa digunakan pada tweeter) sebelum masuk speaker bass atau subwoofer(frekuensi
rendah). Kumparan yang diletakkan secara seri dengan sumber tegangan
akan meredam frekuensi tinggi dan meneruskan frekuensi rendah, sedangkan
sebaliknya kapasitor yang diletakkan seri akan meredam frekuensi rendah
dan meneruskan frekuensi tinggi.
Suatu
filter lolos bawah orde satu dapat dibuat dari satu tahanan dan satu
kapasitor. Filter orde satu ini mempunyai pita transisi dengan
kemiringan -20 dB/dekade atau –6 dB/oktav. Penguatan tegangan untuk
frekuensi lebih rendah dari frekuensi cut off adalah: Av = - R2 / R1
sementara besarnya frekuensi cut off didapat dari: fC = 1 / (2.R2C1)
High pass filter adalah
jenis filter yang melewatkan frekuensi tinggi, tetapi mengurangi
amplitudo frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi
cutoff.Nilai-nilai pengurangan untuk frekuensi berbeda-beda untuk
tiap-tiap filter ini .Terkadang filter ini disebut low cut filter, bass cut filteratau rumble filter yang juga sering digunakan dalam aplikasi audio.High pass filter adalah lawan dari low pass filter, dan band pass filter adalah kombinasi dari high pass filter dan low pass filter.
Filter
ini sangat berguna sebagai filter yang dapat memblokir component
frekuensi rendah yang tidak diinginkan dari sebuah sinyal komplek saat
melewati frekuensi tertinggi.
High
pass filter yang paling simple terdiri dari kapasitor yang terhubung
secara pararel dengan resistor, dimana reistansi dikali dengan kapasitor
(RXC) adalah time constant (τ).
Suatu
filter lolos bawah orde satu dapat dibuat dari satu tahanan dan satu
kapasitor. Filter orde satu ini mempunyai pita transisi dengan
kemiringan 20 dB/dekade atau 6 dB/oktav. Penguatan tegangan untuk
frekuensi lebih tinggi dari frekuensi cut off adalah: Av = - R2 / R1
sementara besarnya frekuensi cut off didapat dari: fC = 1 / (2.R1C1)
Sebuah band-passfilter merupakan perangkat yang melewati frekuensi dalam kisaran tertentu dan menolak (attenuates) frekuensi di luar kisaran tersebut. Contoh dari analog elektronik band pass filter adalah sirkuit RLC (a resistor-induktor-kapasitor sirkuit). Filter ini juga dapat dibuat dengan menggabungkan -pass filter rendah dengan –pass filter tinggi .
Band
pass filter digunakan terutama di nirkabel pemancar dan penerima.
Fungsi utama filter seperti di pemancar adalah untuk membatasi bandwidth
sinyal output minimum yang diperlukan untuk menyampaikan data pada
kecepatan yang diinginkan dan dalam bentuk yang diinginkan. Pada receiver Sebuah
band pass filter memungkinkan sinyal dalam rentang frekuensi yang
dipilih untuk didengarkan, sementara mencegah sinyal pada frekuensi yang
tidak diinginkan.
Penguatan
tegangan untuk pita lolos adalah: Av = (-R2 / R1) (-R4 / R3) Besarnya
frekuensi cut off atas didapat dari: fCH = 1 / (2.R1C1) Besarnya
frekuensi cut off bawah didapat dari: fCL = 1 / (2.R4C2).
b.nilai vo dalam satuan mv
c.nilai vo dalam satuan mv
d.nilai vo dalam satuan mv
e.nilai vo dalam satuan mv
f.nilai vo dalam satuan mv
g.nilai vo dalam satuan mv
h.nilai vo dalam satuan mv
i.nilai vo dalam satuan mv
G. Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilaksanakan maka dapat saya tarik kesimpulan :
1.Bahwa dalam tone control terdiri atas bass, treble, dan balance. yang mana masing-masing dari tombol itu mempunyai fungsi tersendiri, baik dalam mengatur kekuatan suatu frekuensi, dan apabila bass, treble tersebut di atur baik dalam posisi minimum, middle dan high memberikan efek pengaruh terhadap Vo ( sinyal output) yang di tampilkan pada osciloscope. dan sinyal output akan menghasilkan sinyal yang cacat apabila kondisi tone control bagian bass baik dalam kondisi high, tengah dan high dalam kondisi maximum, tengah. sedangkan sinyal output (Vo) tidak cacat dan bagus apabila kondisi potensio bagian bass baik itu dalam kondisi minimum dan tengah sedangkan kondisi high yaitu minimum, dan tengah
2. Tinggi rendahnya baik itu bass, treble , volume dapat mempengaruhi suara nada pada loudspeaker dan juga bentuk keluaran sinyal pada osciloscope
3. Tone control disebut rangkaian pengatur sebuah nada dimana terdiri dari kombinasi LPF ( low pass filter), HPF (high pass filter), dan BPF ( band pass filter) yang masing nya mempengaruhi sistem kerja dari rangkain tone control
selain itu yang dapat saya analisa selama praktek tone control ini adalah :
Rangkaian Tone Control adalah jenis rangkaian pengatur suara atau nada aktif pada sistem audio.
Tone control berfungsi sebagai pengatur penguatan level nada bass dan level nada treble. Nada bass adalah sinyal audio pada frekuensi rendah sedangkan nada treble adalah sinyal audio pada fr.
Posisi / besar kecilnya Volume , Bass, Trable , Pada tone control mempengaruhi nada yang di keluarkan melalui loudspeaker. Dan pada osiloskop juga akan terjadi tingkatan atau penurunan gelombang sinyal tergantung pengaturan posisi bass, trable, dan volume pada tone control tersebut.
Ketika bass dan high berada pada posisi minimum maka nilai vo berada dibawah 600 mVp-p
Ketika posisi bass dan high berada di tengah, maka nilai Vo berada di antara 400mVp-p dan 1Vp-p
Ketika bass dan high berada di posisi maksimum, nilai vo berada diatas 900 mVp-p.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar